Minggu, 08 Januari 2012

OSPEK DALAM TINJAUAN SYAR’I


OSPEK DALAM TINJAUAN SYAR’I


Ibnu Shofwan Al-Atsari Gelar Muhammad Fillhajj

Prosesi penyambutan mahasiswa baru adalah sebuah ritual yang sudah sering kita saksikan di setiap kampus di negeri kita ini. Tanpa kita sadari, hal semacam ini telah berlangsung selama puluhan tahun dan telah menjadi semacam tradisi yang berkepanjangan. Bahkan sebagian orang ada yang menganggap wajib untuk dilakukan. Namun bagaimana sebenarnya perkara semacam ini menurut tinjauan syar’i? Jika anda adalah bagian dari prosesi ini, maka kutuliskan risalah ini sebagai nasihat. Bacalah dengan hati yang terbuka dan jauh dari hawa nafsu. Allah SWT berfirman
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Al-Hadiid/57:16).

Apapun labelnya, tak ada yang memungkiri bahwa prosesi penerimaan mahasiswa baru di kampus-kampus di seluruh Indonesia pada umumnya penuh dengan berbagai pelanggaran syariat Islam. Sebagian manusia merampas kemerdekaan manusia yang lain. Kemerdekaan yang besar berupa kemerdekaan (bebas) dari bermaksiat kepada Allah telah dirampas dengan kejam.
Telah muncul manusia-manusia baru yang menyeru agar mereka ditaati dalam bermaksiat kepada Allah. Apakah ini bukan suatu kezhaliman yang besar? Padahal Rasulullah SAW bersabda
لاَ طَاعَةَ ( لَبَشَرٍ ) فَيٍ مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
Tidak ada ketaatan pada kemaksiatan, ketaatan itu hanyalah pada hal-hal yang ma’ruf.” (Riwayat Bukhari no. 6830 dan Riwayat Muslim no. 1840 dari Ali bin Abi Thalib).
Beberapa diantara kemaksiatan tersebut ialah:
 
Membungkukkan diri di hadapan manusia. 
Sesungguhnya perkara membungkukkan diri di hadapan manusia adalah bathil. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” (Q.S. Al-Hajj/22:77)

Dan Allah
berfirman:
وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَالْمَلآئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ
" Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri” (Q.S. An-Nahl/16:49).

Wahai, yang menyuruh manusia agar didatangi dengan ruku’ (berbungkuk) sambil berjalan. Apakah engkau ingin diperlakukan layaknya Allah Azza wa Jalla? Apakah engkau ingin disejajarkan dengan Yang Maha Menguasai hidup dan matimu?
 
Bersikap Ta’zhim di depan simbol-simbol almamater/fakultas.
 
Pada awalnya simbol, lambang, ataupun bendera dibuat untuk menunjukkan identitas suatu kelompok. Namun, hari ini mereka telah menjadikan simbol-simbol tersebut sebagai sesuatu yang amat sakral. Bendera dan simbol almamater/fakultas telah disikapi dengan sesuatu yang benar-benar di luar nalar yang sehat. Dengan begitu tenangnya kepala mereka tertunduk hormat tatkala berdiri dihadapan benderanya atau ketika lagu kebanggaannya dilantunkan. Dan apakah mereka juga menundukkan kepalanya untuk berpikir tatkala mendengar Ayat-ayat Al-Quran dibacakan? Padahal Allah Azza wa Jalla berfirman
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-A’raf/7:204).

Dan sikap ta’zhim di hadapan
bendera ini telah melahirkan sikap fanatisme yang cukup kuat terhadap fakultasnya. Sehingga tidaklah ia mendengar manusia merendahkan fakultasnya kecuali ia akan tampil sebagai pembela. Namun, ketika kaum kuffar mencela Allah Azza wa Jalla, Rasul, dan dien-Nya, akankah mereka tampil ke depan sebagai pembela?


 Menghalangi manusia dari beribadah kepada Allah
Tidak bisa dipungkiri bahwa mayoritas mahasiswa baru yang ikut dalam prosesi ini adalah Umat Islam. Maka pernahkah terlintas di benak mereka, adik-adik mereka terhalang untuk menunaikan shalat hanya karena ulah mereka? Belumkah mereka mendengar firman Allah:
أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ مَّنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُّرِيبٍ الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
Allah berfirman :" Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala. Yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu. Yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat " (Q.S. Qaf/50:24-26).

Pengikisan adab-adab pergaulan antara pria dengan wanita. 
Sebenarnya bencana ini telah merebak dimana-mana. Sekat-sekat pergaulan pria dengan wanita telah retak. Dan masyarakat kampus yang notabene adalah kaum terpelajar ternyata turut memberikan andil bagi semakin hancurnya sekat-sekat tersebut. Betapa tidak? Mahasiswa baru harus memulai pekan pertamanya di kampus dengan dipaksa untuk berbicara tak senonoh dihadapan lawan jenisnya, atau makan bersama dengan lawan jenisnya. Sungguh, ini merupakan keberhasilan besar bagi iblis dalam memperdaya Bani Adam. Dan tidaklah yang memaksakan lahirnya perbuatan ini kecuali mereka yang jahil terhadap dien-Nya. Mereka belum pernah mendengar sabda Rasulullah

Sungguh, ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (Riwayat At-Thabrani dalam Shahihul Jami’ hadits no. 4921).
 
Menzhalimi sesama Muslim. 
Perkara menzhalimi manusia adalah perkara yang dianggap lumrah dalam prosesi ini. Padahal di sisi Allah, perkara ini adalah perkara yang besar. Sebagaimana tergambar dalam hadits Rasulullah SAW

Dari Ibnu Umar RA, ia berkata: bersabda Rasulullah SAW: : “Menganiaya itu adalah suatu kegelapan dari beberapa kegelapan di hari kiamat” (Hadits ini disepakati Imam Bukhari & Imam Muslim).
Dari Abu Salamah RA, ia berkata: bersabda Rasulullah SAW: “Maka siapa yang memberi kesusahan kepada orang Islam, maka Allah akan menyusahkan dia. Dan barangsiapa yang memberi Masaqat (kesulitan) kepada orang islam, maka Allah akan memberi kesulitan kepadanya” (Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Abu Daud dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi menghasankan hadits ini).
Dari Abu Dzar Al-Ghifary RA, dari Rasulullah SAW tentang firman Allah yang berbunyi dalam Hadits Qudsi. Allah berfirman: “Hai hamba-Ku! Aku telah mengharamkan berbuat aniaya kepada-Ku. Dan Kuharamkan pula perbuatan aniaya itu terhadap sesamamu. Maka janganlah kamu saling menganiaya” (Dikeluarkan oleh Imam Muslim).

Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “Al-Jawab Al-Kaafy liman Sa-ala anid dawaa’ as-Syaafy” menyebutkan bahwa kezhaliman ini termasuk diantara dosa-dosa yang paling besar di sisi Allah yang derajatnya tergantung pada bobot kerusakannya. Maka bagaimanakah kira-kira derajat dosa yang diperoleh oleh pelaku kezhaliman, senior-senior dalam prosesi ini? Mereka mencaci, menendang, dan memukul adik-adik mereka tanpa sebuah alasan! Tanpa perasaan bersalah dan menyesal! Tamparan mereka membekas hebat di wajah kaum Muslimin dari kalangan adik-adik mereka! Padahal, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Jabir bin Abdullah RA:
Rasulullah SAW melarang memukul muka dan menandai sesuatu di muka”.

Maka apakah yang mereka inginkan dari prosesi ini? Dan apakah yang mereka dapatkan selain dosa, laknat, dan kebencian manusia???

Wahai, para pelaku kezhaliman! Takutlah engkau kepada Allah! Rabb pemilik semesta alam! Dialah yang memiliki hari-harimu! Dialah yang senantiasa melihat dan mengetahui keadaanmu! Dan Dialah yang akan menghisab dan mengadilimu di Hari Kiamat kelak! Ingatlah! Tatkala semua makhluk dikumpulkan di Padang yang datar dan luas. Pada saat itulah amal perbuatan manusia akan ditanyakan. Satu persatu manusia akan bersendiri dengan Rabbnya. Antara dia dan Allah tidak ada penerjemah! Maka beruntunglah mereka yang setelah Allah sebutkan dosa-dosanya, maka Allah ampuni kemudian Allah tutupi. Dan kecelakaanlah saat itu bagi mereka yang Allah katakan padanya: Bukankah begitu....? Bukankah begini...? Allah telah mendebatnya! Dan siapakah yang bisa mengelak dari Perkataan-Nya?

Ketahuilah, wahai manusia yang menyeru untuk ditaati dalam bermaksiat kepada Allah! Kematian pasti dan sungguh-sungguh pasti akan mendatangimu! Kematian akan datang kepadamu dengan tiba-tiba. Apakah nanti ketika sat itu tiba, barulah kezhalimanmu terhenti dengan terpaksa? Barulah engkau sadar bahwa selama ini engkau telah menyia-nyiakan nikmat dan karunia Allah.
Kemudian setelah itu engkau akan dibalas dengan pembalasan yang besar! Kobaran neraka telah menunggumu! Raungan neraka telah memanggilmu! Sehingga engkaupun berharap agar Hari Kiamat tidak segera datang...
Maka jika engkau dalam keadaan yakin akan hal itu, apakah yang menghalangimu untuk bertaubat saat ini juga? Apakah yang membuatmu tetap meneruskan kezhaliman dan kedurhakaanmu kepada Allah Sang Pemilik kehidupan dan kematian? Jangan-jangan hatimu telah mati. Jangan-jangan engkau termasuk yang terputus asa dari rahmat-Nya. Maka ketahuilah, bahwa Allah telah berfirman

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَل$D9�ى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (Q.S. Az-Zumar/39:53-54).

Mudah-mudahan sedikit perenungan ini dapat membuat kita sadar dan tidak mengulangi segala kekeliruan yang telah kita lakukan baik yang disengaja maupun tidak. Karena sesungguh-Nya Allah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf atas dosa hamba-hamba-Nya yang beriman dan mau bertaubat.

Akhirnya kita mohon ampun dan perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla. Semoga dosa-dosa kita diampuni, dan kita menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Dan kita dapat bersua kembali dalam naungan Jannah-Nya yang kekal dan abadi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar